Ragam budaya dan kearifan lokal yang dikemas dengan modernitas mampu menghadirkan pengalaman yang lebih hidup dan penuh dengan daya pikat
Pendopo Balai Kota Jakarta menjadi bangunan administratif yang dipergunakan sebagai kantor resmi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Gedung ini dibangun pada abad ke-19. Dulunya, bernama Jakarta Tokubetsi yang pada masa Indonesia merdeka diubah menjadi Pemerintahan Nasional Kota Jakarta. Setelah itu, gedung ini pun mengalami transformasi sesuai dengan kebutuhan.
Monumen Nasional (Monas) menjadi monumen peringatan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari Belanda.
Dari ide Sarwoko Martokoesomo diadakan sayembara perancangan Monas. Sayembara digelar tahun 1955 yang pada akhirnya dimenangkan oleh Frederich Silaban. Pembangunan landmark Kota Jakarta ini dilakukan pada tahun 1961.
Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games tahun 1962. Karena itulah, dibangun Monumen Selamat Datang sebagai cara untuk menyambut para atlet.
Secara khusus, Presiden Soekarno memerintahkan Henk Ngantung, seniman yang juga menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta saat itu, untuk mengerjakan proyek pembangunan monumen ini. Monumen pun berdiri gagah dengan tinggi 10 meter.
Lapangan Waterloo menjadi nama awal dari Lapangan Banteng. Bisa dikatakan, lapangan ini berada di kawasan bersejarah karena dikelilingi bangunan penting.
Di lapangan ini juga Presiden Soekarno menginisiasi berdirinya Monumen Pembebasan Irian Barat. Dengan fasilitas yang diperbaharui, lapangan ini kini menjadi salah satu destinasi wisata favorit masyarakat, khususnya warga Jakarta dan sekitarnya.
Sosok ondel-ondel muncul dalam berbagai pertunjukan, mulai pesta rakyat, hajatan masyarakat, hingga perayaan Hari Jadi Kota Jakarta.
Belum diketahui secara pasti awal mula adanya ondel-ondel. Konon katanya, dulu ondel-ondel dipercaya sebagai penolak bala. Kini ondel-ondel bertransformasi sebagai ikon budaya yang hadir dalam pertunjukkan maupun aksesori penunjang.
Sebagai tari kreasi baru yang diciptakan oleh Wiwiek Widyastuti, Tari Kembang Lambang Sari hadir untuk menampilkan nilai estetik dan moral.
Tari ini didominasi sifat sintagmatik yang menjadikan gerakannya beragam sehingga tidak monoton. Pesan yang hendak disampaikan berkaitan dengan pedoman-pedoman yang seharusnya dipegang pasangan suami istri dalam pernikahan.
Salah satu aksesori yang menempel di ondel-ondel adalah kembang kelapa. Lebih dari sekadar hiasan, produk budaya ini punya makna tersendiri.
Kembang kelapa melambangkan kemakmuran sekaligus menjadi simbol kehidupan yang bermanfaat. Pemaknaan ini diambil dari pohon kelapa yang memang memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, baik buah, batang, maupun daunnya.
Diramu dengan bahan alami, bir pletok Betawi nyatanya memberikan manfaat bagi tubuh. Dalam setiap tegukan memberikan sensasi hangat di tengggorokan.
Muasal dari minuman ini karena dulunya masyarakat Betawi yang meniru kebiasaan orang Belanda yang minum alkohol. Racikan rempah-rempah tanpa pengawet menjadikan bir pletok mampu membuat bugar badan yang meminumnya.